Rabu, 29 Februari 2012








Foto-foto keren ku.
Anak ane Nur haliza az-zahro umur baru 10 thn,ini anak ane nomor dua udah bisa gaya sejak dari umur 2 tahun,asal gaya nya jangan menyalahi sama hukum sara...he he heee..
     Kata nya sich cuma ikut nampang doang biar ngga dibilang ............. maaf rahasia,cita-cita nya sich mau jadi dokter moga saja kesampaian ya.

pantai pagatan

Pantai pagatan ini ibu-ibu cuma ikut nupang nampang doang.......

Ibnu Raja

Lagi asyik gaya-gayaan,motor nya minjam.........

Amang mandur


Amang Mandur (Asal Mula Upacara Kematian Dayak Maanyan)
Sebelum diberlakukannya hukum penyelenggaraan upacara kematian di kalangan Suku Dayak Maanyan, kematian hanya dianggap sebagai perpindahan dari dunia fana ke dunia baru. Suatu dunia yang lebih menyenangkan, hak milik pribadi atau sempurna oleh sebab itu orang Maanyan menyebutnya Tatau Matei(tatau:kaya, matei:mati). Jadi menurut mereka kematian hanyalah hal biasa saja yang dinamakan tulak miidar; miidar jalan; ngalih panguli hengka marunsia(pergi pindah; pindah jalan; mengalihkan kaki dari manusia) begitu sederhananya konsep kematian menurut mereka saat itu.
Konsep kematian seperti sekarang datang akibat dari perbuatan dan keinginan manusia itu sendiri. Ada sumber lisan yang tumbuh dan berkembang serta dipercayai oleh mereka yang terus menceritakan turun temurun.
Di zaman kehidupan tradisional Dayak Maanyan berlangsung ada seorang yang bernama Amang Mandur. Hidupnya serba kecukupan dan berlebihan oleh sebab itu ia diberi gelar Damang Datu Tatau. Amang Mandur ini mempunyai 7 orang isteri yang sangat setia kepadanya bernama Ine Lean, Ine Leo, Apen Payak, Apen Kangkuyu, Apen Kangkuyak, Dayang Manget dan Patiri Untu. Namun kekayaan yang serba kecukupan ini masih belum memberi kepuasan batin bagi hidupnya, ia sangat rindu untuk pergi ke dunia lain yang baru yaitu dunia yang diperuntukkan bagi mereka yang telah tatau matei. Keinginan yang begitu kuat ia beritahukan kepada semua istrinya bahwa kini telah tiba waktunya ia akan tatau matei. Pernyataan ini sangat mengherankan para istrinya karena usia Amang Mandur belum terlalu tua dan masih segar bugar. Tetapi karena keinginan ini diungkapkan dengan sungguh-sungguh mereka pun lalu mempercayai seraya mempersiapkan semua upacara pemberangkatan.
Setelah seluruh perlengkapan tatau matei sudah siap, mulailah Amang Mandur melangkah keluar rumah. Tetapi yang terjadi tubuh Amang Mandur tidak menghilang seperti kejadian tatau matei lainnya. Kejadian yang aneh itu dibiarkan oleh orang kampung, Amang Mandur terus berjalan semakin jauh memasuki hutan belantara sekelilingnya. Sehari semalam sudah berlalu tiba-tiba keesokan harinya Amang Mandur muncul dengan tertatih-tatih dan lemah lunglai naik ke atas rumah, hal ini tentu sangat mengejutkan para istrinya. Kemudian Amang Mandur bercerita bahwa ia tidak bisa menemukan jalan menuju dunia baru.
Salah seorang istrinya mengatakan bahwa peristiwa tatau matei tidak bisa dipercepat karena perasaan itu akan datang sendiri bila sudah tiba waktunya. Sejak saat itu Amang Mandur nampak sedih dan tidak bergairah menjalani hidup lebih lama lagi di dunia fana ini. Kerinduannya akan tatau matei rupanya begitu kuat dan sangat mempengaruhi hidupnya.
Akhirnya istrinya yang keenam Dayang Manget merasa kasihan lalu menyatakan pada suaminya bahwa ia mempunyai kekuatan untuk mendatangkan tatau matei tapi secara tidak wajar. Adapun caranya adalah dengan mendengar tangisannya terus menerus. Sebagai bukti ia akan menangisi pohon kelapa, Dayang Manget pun menghadap pohon kelapa tersebut lalu mulai menangisinya. Setelah ia menangis sementara orang selesai menyiapkan sirih kinangan (erang kemapit empa) mulailah berguguran buah pohon kelapa. Dan ketika ia menangis waktu orang mulai menginang (erang ka empa) daun-daun kelapa sudah layu semua berguguran. Kemudian saat ia menangis selama waktu orang menanak nasi (erang ka pangndru) keringlah pohon kelapa itu dan mati.
Dengan menyaksikan itu Amang Mandur bersedia ditangisi Dayang Manget asal ia bisa cepat pergi ke dunia baru yang diimpikannya. Amang Mandur pun mulai berbaring lurus lalu istrinya yang ketujuh bernama Patiri Untu membentangkan kain khusus dengan tali setinggi kira-kira 2,5 meter tepat di atas suaminya, kain ini nantinya akan dinamakan lalangit (sampai sekarang lalangit ini dibuat saat mayat berada di dalam rumah, baru dilepas kalau mayat sudah dikubur).
Pada saat itulah Dayang Manget menangisi suaminya dan tak lama Patiri Untu menanyai bagaimana keadaan suaminya, Amang Mandur menjawab kepalanya pusing sekali. Dayang Manget terus menangisinya, mulai ujung kaki terasa dingin dan perlahan-lahan terus menjalar ke bagian atas tubuh sampai kepala. Tak lama sesudahnya ternyata suaminya sudah tidak bernyawa lagi. Inilah yang nantinya akan disebut tatau matei neng bangkai (mati meninggalkan mayat). Kematian Amang Mandur ini merupakan kematian pertama yang mayatnya tidak hilang.
Dengan adanya kematian yang tetap meninggalkan mayat inilah akhirnya menimbulkan hukum untuk melangsungkan upacara kematian yang berkenaan dengan pengurusan mayat yang ada serta sebagai pengantar jalan bagi roh yang meninggalkan tubuh.


QADA'IL FAWAID


                        SHALAT QADA`IL FAWAID

Ushalli qadha`il fawaid arba`a raka`atin lillahita`aalaa

Raka`at pertama : Al Fatihah    -  Ayat Qursy
Raka`at kedua      : Al Fatihah   -  Ayat Qursy
Raka`at ketiga      : Al Fatihah   -  Ayat Al Kautsar    ( 15x )
Raka`at keempat : Al Fatihah   -  Ayat Al Kautsar    ( 15x )

--Astagfirrullaahal `adhiim alladzii laa ilaaha illa anta faghfirlanaa maghfiratam min `indika warhamnaa innaka antal ghaffuurur rahiim   ( 17x )
--Astaghfirrullaahal `adhiim innallaha ghaffuurur rahiim   ( 17x )
--astaghfirrullaahal `adhiim liiwaliwaalidayya   ( 17x )

                DO’A
Bismillaahir rahmaanir rahiim,alhamdulillaahi rabbil `aalamiin wa shalaatu wa sallamu `alaa  sayyidinaa muhammadin wa`alaa aalihi wa shahbihi ajma`in.
Allaahummaghfirli dzunubi in kusirah fataqabbal minas shalati wa in kusirah
Allaahumma qodaitani qadha`an faja`alni rodiyya wain balautani balaa`an faja`alni syakiiran wain `adaitani `adzaaban walaa tudzibni bil hijaab
Wa shalallaahu `alaa sayyidinaa muhammadin wa `alaa aalihii wa shahbihii wa sallam
Wal hamdulillaahi rabbil `aalamiin

                                      ..................................................................................                                    

QADA'IL FAWAID


menghatam kan al qur'an

       Nama nya Nur haliza az-zahro mulai belajar baca alqur'an dari iqro dulu waktu dia masih berumur 2 thn setengah,nama nya juga anak-anak belajar ya sambil bermain,uring-uringan kadang-kadang ketiduran,ibu nya yang selalu gigih untuk mengajari sampai dia bisa sekarang sama tajwid nya,kebetulan ibu nya juga seorang guru di TPA (Taman Pendidikan Al qur'an)
   Tapi lebih mudah untuk mengajar kan kepada anak-anak ketimbang kita yang sudah tua-tua,ibarat kata kita yang tua ini ibarat menulis diatas air beda dengan anak-anak yang ibarat mengukir diatas batu.
    Khusus untuk saya sendiri contoh nya mau menghapal saja susah amat kayak nya nech otak udah buntu..................................
bagi anak-anak pergunakan lah waktu sebaik-baik nya untuk belajar jangan sampai menyesal dihari tua nya,hidup itu perlu ilmu sekurang-kurang nya untuk diri kita sendiri selebih nya untuk orang lain.
..............................................................................................................................................................

                                                                         by Muhammad al bukhary

pembukaan

assalamu'alaikum wr wb..
salam kenal semua nya,karna saya masih baru yang mungkin harus lebih banyak lagi belajar kepada yang sudah senior-senior mohon masukan nya dan saran yang terbaik nya..